Menurut
definisi, sakit perut berulang diartikan pertama kali pada tahun 1958 oleh
Apley sebagai keadaan serangan nyeri perut tiga kali atau lebih selama periode
lebih dari tiga bulang sehingga dapat mengganggu aktivitas.
Bentuk
gejala yang dirasakan pada orang dengan nyeri perut berulang bervariasi sesuai
dengan usia. Pada usia diatas 5 tahun hingga dewasa sudah dapat menerangkan
sifat dan lokalisasi sakit perut. Usia 0-3 bulan ditunjukan dengan keluhan
muntah. Pada usia 3 bulan – 2 tahun selain muntah, biasanya sering tiba-tiba
menjerit dan menangis dengan tanpa sebab. Saat usia 2 – 5 tahun sudah dapat
mengatakan namun lokalisasinya yang belum tepat. Hal ini penting untuk
mengetahui penyebab sakit perut berulang berdasarkan dari deskripsi klinis
berupa lokasi sumber nyeri. Jika dibayangkan posisi anatomis organ sistem
pencernaan yang merujuk pada lokasi sumber nyeri.
BAGAIMANA
MEKANISME NYERI PERUT ?
Perlu
diketahui bahwa terdapat dua tipe serabut saraf yang menghantarkan rangsang
nyeri dari perut. Serabut saraf A yang menunjukkan gejala nyeri yang tajam dan
terlokalisasi ini menghantarkan nyeri dari kulit dan otot sedangkan serabut
saraf C yang menghantarkan nyeri dari organ-organ dalam, otot, dan peritoneum
menunjukkan gejala nyeri yang tumpul dan tidak terlokalisasi. Oleh karena itu,
nyeri yang dirasakan dapat terbagi dua nyeri visceral dan nyeri somatik. Nyeri
visceral akan timbul sesuai dengan dermatom (persarafaran) dari organ tersebut,
untuk visceral rongga perut dermatom dari T6 – L1. Nyeri yang dirasakan pada
daerah epigastrium (ulu hati) berasal dari hati, pankreas, lambung, traktus
biliaris, dan sebagian duodenum. Nyeri yang dirasakan pada daerah umbilikus
berasal dari duodenum distal, jejunum, ileum, sekum, dan proksimal kolon. Nyeri
yang berasal dari kolon transversum bagian distal, kolon desenden, sigmoid,
rectum, traktus urinarius, dan organ genitalia wanita dirasakan pada daerah
suprapubik. Pada nyeri visceral biasanya orang masih dapat aktif bergerak. Pada
nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf
tepi. Nyeri akan terasa seperti ditusuk-tusuk atau disayat sehingga pasien
dapat menunjukkan lokasi dari letak nyeri dengan jari. Selain itu, nyeri juga
dapat bertambah pada setiap gerakan penderita seperti gerak tubuh, nafas dalam,
dan batuk.
APA
PENYEBABNYA ?
Kelainan
yang dapat terjadi pada nyeri perut berulang ini dapat terbagi menjadi kelainan
organik, kelainan motilitas, dan kelainan fungsional. Kelainan-kelainan
tersebut akan menyebabkan stimulus nyeri pada perut yang dapat bersifat tekanan
atau regangan. Kelainan organik merupakan kelainan yang terjadi pada morfologi
organ pencernaan itu sendiri yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang
seperti histologi, endoskopi, radiologi ditemukannya tanda patologis tersebut,
seperti pada penyakit esophagitis, ulkus peptikum, inflammatory bowel disease, keganasan pada colon, dll. Pada
kelainan motilitas merujuk pada ganguan fungsi organ yang secara spesifik terjadi
penurunan proses motilitas, yakni proses kontraksi otot-otot polos di saluran
pencernaan. Beberapa penyakit seperti spasme esophageal difus, gastroparesis,
pseudo-obstruction, inertia colon, dll merupakan penyakit dengan gangguan
motilitas. Sedangkan pada kelainan fungsional merujuk pada apa yang
diinterpretasikan nyeri perut pada pasien namun tidak dapat dibuktikan adanya
perubahan atau tanda patologis pada organ secara histologi, endoskopi,
radiologi. Contohnya seperti esophageal chest pain, dyspepsia fungsional,
konstipasi fungsional, dan IBS (Irritable Bowel Syndrome).
APA
OBATNYA ?
Pengobatan
sesuai dengan penyebabnya. Apabila nyeri perut disebabkan karena kelainan
fungsional, pengobatan ditujukan kepada penderita dan keluarga bukan hanya
mengobati gejala. Tujuannya ialah memberikan edukasi kepada penderita dan
keluarga agar dapat mengatasi rasa sakit sehingga dapat beraktivitas secara
normal. Terkadang perlu dikonsultasikan ke psikolog atau psikiater. Pada nyeri
perut karena kelainan fungsional juga tidak dianjurkan pemberian obat antispasmodic,
antiklinergik, antikonvulsan, dan antidepresan.
0 comments:
Posting Komentar